Friendship,Waterfall and Damselfly.

All about Curug Lawe Waterfall.

 

Rencana seminggu yang kurang matang akhirnya harus terealisasikan. Dan, ya, kita belum tau mau kemana hari itu. Demi membahagiakan kawan saya yang jauh-jauh datang dari Bandung, kami bertiga memutuskan untuk pergi ke salah satu destinasi wisata alam di Semarang; Curug Lawe. Sebelumnya, saya dan dua kawan saya (termasuk kawan Bandung itu) belum pernah pergi ke Curug Lawe. Tapi, si kawan satunya, sebut saja Mas Yo, ternyata pernah mengunjungi Curug Lawe. Jadi, kami tak perlu khawatir soal rute perjalanan kami.

“Yuk!Keburu siang”ajak saya kepada tiga kawan saya: Bang Gio(dari Bandung), Kak Hosh, dan Mas Yo. Kebetulan, kami berempat suka kemurnian alam. So, kami tidak salah dalam memilih destinasi wisata. Kurang lebih 5 menit sebelum zona parkir, perjalanan kami diwarnai dengan hamparan bukit bergelombang dan jajaran pohon-pohon rapi nan hijau yang memanjakan mata. Ditambah lagi udara segar dataran tinggi, yang tertiup melalui jajaran pohon nan hijau. Cocok banget untuk kami, yang ingin mencari ketenangan dari hiruk-pikuknya kehidupan.

Usai sampai di zona parkir, Mas Yo menanyakan pertanyaan manusiawi kepada penjaga zona parkir; “Kalau ke Curug Lawe kira-kira berapa menit ya, Pak?”. Bapak itu jawab; “Ya, kalo normal 30 menitan mas”. Lalu, kami mulai berjalan menuju Waterfall. Sambil berjalan, saya menyiapkan kamera Prosum saya, yang nantinya akan mendokumentasikan kisah perjalanan kami. Tapi, sepertinya kami tak akan bisa sampai di Waterfall dalam waktu 30 menit.

Abnormal.  Yup! Cowok alam ga akan melewatkan sesi jepret-menjepret. 15 menit perjalanan pake kaki, sambil kami gunakan untuk foto-foto; mulai dari selfie, candid dan bokeh-bokehan. Biasanya, orang bilang; ‘biar ga capek, sambil ngobrol dan guyon (bercanda)’. Tapi, itu tidak berlaku bagi kami berempat. Ngos-ngosan? PASTI. Tapi, ketika kami memasuki jalan setapak, ada hal keren yang unforgettable. Apa itu?

Damselfly.  Sepanjang jalan setapak yang kami lalui, dimana ada jurang di sebelah kiri dan saluran air dari Waterfall nan bening di sebelah kanan, kami ditemani oleh banyak serangga kecil yang cantik yaitu Damselfly (Capung Jarum). Yang kayak beginian ini yang dicari cowok alam; memadukan diri dengan alam, bersama serangga cantik yang sulit dicari ini. ‘Ga Pake Lama’, Bang Gio (yang notabene pecinta serangga juga) langsung mendokumentasikan momen ini dengan motret si Damselfly. Akhirnya, Kak Hosh dan saya, juga ikut mendokumentasikan sobat kecil ini dengan mode autofocus. Pastinya, tidak mudah motret serangga yang susah anteng ini.   Maka, kami bertiga mengeluarkan ilmu : “ketenangan tanpa suara, nafas dan gerakan.” Alhasil, kami bisa dapat foto si Damselfly, yang akan kami upload di Instagram. (@jehez_wall)

PicsArt_06-07-10.17.45
Dari samping pasti lebih bagus.

Sekitar 15 menit kami dedikasikan untuk si Damselfly. Nah, setelah puas dengan Damselfly, kami lanjutkan perjalanan kami yang akan semakin gregedh..

(to be continued).

 

 

 

4 Comments Add yours

  1. Yemima Amanda berkata:

    Moantap. DItunggu lanjutan ceritanya

    Disukai oleh 1 orang

    1. jehezwall berkata:

      Thank you for reading…..

      Suka

  2. Helena berkata:

    Simple tapi seru , ditunggu kelanjutannya👍🏻

    Disukai oleh 1 orang

    1. jehezwall berkata:

      Terimakasih…
      Beberapa hari lagi kelanjutannya bakal rilis…

      Suka

Tinggalkan komentar